Monday, January 31, 2022

Science: Mengapa Pluto bukan lagi sebuah Planet?

Hallo fellas, pernah mendengar kata “Pluto”? Pasti sudah tidak asing lagi kan? Yap, kata tersebut identik dengan salah satu planet, atau lebih tepatnya “yang dulunya planet” yang ada di tata surya. Eh kenapa “yang dulunya planet”? Memangnya sekarang sudah bukan jadi planet lagi ya? Hmm penasaran kenapa demikian? Mari simak penjelasannya!

Planet
Sebelum membahas “status keplanetan” Pluto, alangkah lebih baiknya apabila kita pahami terlebih dahulu apa itu planet. Planet merupakan salah satu objek yang ada di luar angkasa. Dilansir dari situs NASA, menurut International Astronomical Union pada 2006, sebuah objek di luar angkasa dapat dikatakan planet apabila memiliki tiga kriteria, yaitu:
1. Objek tersebut harus mengorbit sebuah bintang
2. Ukurannya harus cukup besar untuk menimbulkan gravitasi yang menyebabkan bentuknya menjadi hampir menyerupai bola
3. Objek harus cukup besar sehingga gravitasinya membersihkan objek lain dengan ukuran yang sama di dekat orbitnya di sekitar Matahari.

Penemuan Pluto

Tahun 1840, Urbain Le Verrier memperkirakan posisi planet Neptunus yang saat itu belum ditemukan menggunakan mekanika Newton. Tahun 1906, para astronom meyakini bahwa Uranus (planet ketujuh) merupakan planet terluar di tata surya. Namun terdapat gangguan orbit pada Uranus yakni terdapat objek lain yang gravitasinya mengganggu orbit Uranus, yang dinamakan Neptunus (planet ke delapan) yang berada diluar Uranus.

Pengamatan selanjutnya menemukan bahwa gangguan orbit bukan hanya oleh Neptunus namun dipengaruhi oleh planet lain yang berada diluar orbit Neptunus, sebut saja planet X.

Keberadaan planet X belum ditemukan saat itu. Seorang pengusaha kaya Amerika, Percival Lowell yang memiliki ketertarikan dalam astronomi mendirikan Observatorium Lowell untuk mencari planet tersebut. Namun ia harus tutup usia sebelum menemukannya.

Berpindah menuju kisah Clyde Tombaugh yang memiliki keahlian mengamati langit dengan teleskop buatannya. Tombaugh pernah mengirimkan gambar planet Mars dan Jupiter hasil pengamatannya ke Observatorium Lowell untuk meminta saran terhadap pengamatannya, namun mengejutkannya bahwa ia mendapatkan tawaran sebagai pengamat di sana dan menerimanya dari tahun 1929 hingga 1945 pada saat ia berusia 25 tahun.

Mengenai pengamatan planet X yang sempat terhenti, maka Tombaugh direkrut untuk melanjutkan pencariannya. Ia membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk menemukannya dengan menggunakan teleskop yang kurang mumpuni di Observatorium Lowell.

Pada 18 Februari 1930, Tombaugh mulai membandingkan gambar-gambar hasil pengamatannya dari langit yang sama selama enam hari terpisah. Menggunakan pembanding kedip, Tombaugh memindahkan setiap lempeng foto untuk menciptakan ilusi gerak objek yang berpindah posisi atau berubah bentuk. Tombaugh menemukan adanya objek yang bergerak relatif terhadap bintang-bintang latar belakang yang jauh berukuran kecil, redup dan terletak sangat jauh di tepian tata surya. Objek tersebut kita kenal dengan nama Pluto. 

Nama Pluto diambil dari dewa dunia bawah yang diusulkan oleh Venetia Burney, seorang pelajar berusia 11 tahun berasal dari Oxford, Inggris. Nama tersebut diusulkan saat ia sedang bercakap dengan kakeknya, Falconer Madan. Kakeknya meneruskan usulan nama tersebut ke dosen astronomi, Herbert Hall Turner, lalu Turner menyampaikannya ke rekan-rekan di Amerika Serikat. Terdapat tiga usulan nama yang ada, yaitu Minerva, Cronus, dan Pluto. Namun Pluto mendapat suara bulat dan diumumkan tanggal 1 Mei 1930.


Pluto bukan lagi Planet

Konteks Pluto bukan lagi sebagai planet di sini bukan berarti bahwa Pluto berubah wujud menjadi black hole atau bintang, ya.

Pada awal penemuannya, Pluto diakui sebagai planet ke-9 di tata surya. Tetapi, ukuran dari Pluto jauh lebih kecil dibandingkan dengan Merkurius. Bahkan, lebih kecil dari beberapa satelit planet lain. Pengakuan Pluto sebagai planet ke-9 ini bertahan cukup lama, sampai akhirnya pada tahun 1990-an pandangan terhadap Pluto mulai berubah seiring dengan kemajuan teknologi.

Perkembangan teleskop sangat mempengaruhi terhadap wawasan ilmu pengetahuan, khusunya bidang astronomi. Teleskop yang semakin canggih membuat pengamatan terhadap benda-benda langit menjadi lebih baik. Hasilnya, pada awal 1990-an ditemukan banyak benda-benda icy yang mengorbit matahari, di daerah yang disebut Sabuk Kuiper. Sabuk Kuiper ini berada di luar dari orbit Neptunus. Objek-objek yang berada di daerah sabuk ini disebut sebagai Kuiper Belt Object (KBO) atau trans-neptunian. Semenjak saat itu, Pluto yang awalnya diakui sebagai planet menjadi lebih mengarah kepada salah satu dari KBO.

Sampai pada tahun 2006, The International Astronomical Union (IAU) menetapkan kategori baru pada pengklasifikasian objek luar angkasa, yakni planet kerdil atau dwarf planet. Eris, Ceres, Pluto, dan dua penemuan KBO terbaru yakni Haumea dan Makemake adalah planet-planet kerdil berdasarkan pengklasifikasian IAU. Apa alasan yang melandasi Pluto diklasifikasikan sebagai planet kerdil? Salah satunya adalah karena gravitasi dari Pluto tidak cukup besar untuk “membersihkan” objek lain di sekitar orbitnya, karena seperti yang dibahas di atas bahwa untuk disebut sebagai planet, sebuah objek luar angkasa harus memenuhi tiga kriteria, dan Pluto tidak memenuhi kriteria nomor tiga.

Nah, sudah jelas kan kenapa sekarang Pluto statusnya buka lagi sebagai planet? Semoga informasi ini menambah wawasan temen-temen dan dapat bermanfaat.

 

"Obat untuk argumen yang keliru adalah argumen yang lebih baik, bukan penindasan ide."

- Carl Sagan

 

Sumber referensi:

https://solarsystem.nasa.gov/planets/in-depth/

https://solarsystem.nasa.gov/planets/dwarf-planets/pluto/in-depth/#otp_introduction

Sejarah Penemuan Pluto, dari Planet Jadi Planet Kerdil - Info Astronomy


Thursday, January 27, 2022

Education: Pembelajaran Adaptif

Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda termasuk kemampuannya dalam menyelesaikan soal dengan tingkat kesulitan tinggi. Di Indonesia, mayoritas siswa belum memiliki kemampuan tersebut, terbukti dari skor PISA 2018 yang rendah. Ketidakmerataan kemampuan siswa tersebut menyebabkan siswa yang berkesempatan memaksimalkan potensinya akan semakin unggul sementara siswa yang tertinggal menjadi kesulitan dan tidak termotivasi untuk memahami materi dengan baik.

Untuk mengatasi tingkat kemampuan dan pemahaman siswa yang berbeda-beda diperlukan sebuah pembelajaran yang memperhatikan bahwa setiap orang memiliki gaya dan kebutuhan belajar berbeda sehingga diperlukan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan siswa.

Di dunia pendidikan, kini muncul tren baru yaitu sistem pembelajaran adaptif. Pembelajaran adaptif adalah metode pendidikan yang mengimplementasikan kemajuan teknologi seperti algoritma komputer dan kecerdasan buatan, setiap siswa difasilitasi untuk belajar sesuai kemampuan dan kecepatan masing-masing, serta mendapatkan feedback yang relevan agar siswa mengetahui kelebihan dan kelemahannya. Pembelajaran adaptif berfungsi mengatur pola interaksi peserta didik dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Pembelajaran adaptif akan memudahkan guru untuk mengetahui siswa-siswa yang memerlukan penanganan khusus agar memaksimalkan hasil belajarnya.

Fokus utama yang mempengaruhi proses belajar dalam metode di antaranya penentuan materi belajar, literasi dan numerasi, pendidikan kecakapan, pemahaman dasar, pembentukan proses berpikir, dan pembentukan pengambilan keputusan.

Dalam pembelajaran adaptif biasanya sistem akan menggabungkan semua fungsi yang ada dalam setiap materi pembelajaran, sistem dipakai untuk menganalisis jawaban yang salah beserta pembahasan lengkapnya, ada petunjuk berbasis konsep generik yang ditunjukkan kepada siswa berdasarkan kelemahan konsep. Oleh karena itu, siswa akan terbiasa dengan berbagai karakter soal melalui pembelajaran adaptif ini.

Output dari pembelajaran adaptif adalah siswa dapat menangkap informasi lebih cepat dan dapat berpikir lebih kritis dan rasional. Lebih luas lagi, melalui pembelajaran adaptif diharapkan siswa tidak mudah menelan informasi dengan mentah dan mampu berpikir sehat ketika sudah berada di lingkungan masyarakat.


"Beberapa orang tidak menyukai perubahan, tetapi Anda perlu menerima perubahan jika alternatifnya adalah bencana."
- Elon Musk 


Referensi:

Pembelajaran Adaptif: Kemajuan Teknologi untuk Pendidikan (zenius.net)

Pandemi! Pembelajaran Adaptif, Kunci Masa Depan Pendidikan Indonesia | Halaman 2 (sindonews.com)

 


Monday, January 24, 2022

Education : Permasalahan Pendidikan


     Konsep Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan konsep yang saat ini popular dan menjadi fokus dunia internasional, Sustainable atau keberlanjutan menjadi perhatian menggantikan konsep Millenium Development Goals (MDGs). Konsep pembangunan keberlanjutan ini dijabarkan dengan perbaikan kualitas hidup yang mengarah pada ekonomi, sosial dan lingkungan. Dari sisi Pendidikan, berdasarkan SDGs poin 4 yaitu menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua. Dalam kehidupan terdapat keanekaragaman karakter manusia dan keadaan yang dimiliki setiap individunya baik secara fisik dan mental. Oleh karena itu dibutuhkan layanan yang sesuai dengan kebutuhan setiap individu agar pendidikan dapat dirasakan secara inklusif dan merata. Faktor pendorong untuk meningkatkan kualitas pendidikan ini yaitu guru menguasai kompetensi guru sehingga dapat memberikan pengajaran yang optimal. Selain itu, adanya partisipasi dan dukungan dari masyarakat serta para orang tua siswa.

Berdasarkan hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang dirilis serentak pada hari Selasa, 3 Desember 2019 akan memberikan perspektif baru dan berbeda untuk setiap negara karena setiap negara akan diajak untuk melihat system Pendidikan negara lainnya yang sama atau pun yang lebih baik dari negara tersebut. Selain itu, melalui hasil studi PISA 2018, kita dapat memperhatikan apa yang dapat dilakukan siswa dari apa yang mereka pelajari di sekolah dan tidak hanya memperhatikan penguasaan siswa terhadap materi tertentu. Namun, dalam hasil menunjukkan masih terdapat inequality untuk beberapa negara dengan penyebabnya yaitu kurikulum pendidikan negara tertentu tidak dapat membuat siswa terbiasa dengan soal yang diujikan pada PISA 2018 karena soal-soal ujian di beberapa negara memiliki tingkat kesulitan di bawah PISA sementara soal-soal pada PISA 2018 sudah berbasis HOTS karena sudah menerapkan penggunaan revisi taksonomi Bloom dalam sistem pendidikannya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, apabila kita melihat beberapa negara dengan hasil PISA 2018 yang rendah ada karena beberapa factor. Salah satunya yaitu karena sistem pembelajaran yang belum mampu membiasakan siswa untuk menyelesaikan soal dengan tingkat kesulitan tinggi. Salah satu cara untuk membiasakan siswa mampu menyelesaikan soal dengan tingkat kesulitan tinggi adalah melalui pembelajaran adaptif. Selain itu, pembelajaran ini mampu mengetahui potensi diri yang dimiliki oleh siswa.

Lalu, apa sih yang dimaksud pembelajaran adaptif? Bagaimana penjelasan lebih lengkapnya? Kita simak sajiannya di next post. Don’t miss it!


"Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan." 
- Tan Malaka

 

Referensi:

Kumar, S., Kumar, N., & Vivekadhish, S. (2016). Millennium development goals (MDGS) to sustainable development goals (SDGS): Addressing unfinished agenda and strengthening sustainable development and partnership. Indian journal of community medicine: official publication of Indian Association of Preventive & Social Medicine41(1), 1.

United Nations Sustainable Development – 17 Goals to Transform Our World             

 

Wednesday, January 19, 2022

Meet Our Scientists: Galileo Galilei

Halo semua, kali ini ada cerita yang sangat inspiratif dari sang ilmuwan kita.

Hmm siapa ya kira-kira ...

Beliau adalah seseorang yang memiliki kontribusi yang penting dalam bidang Fisika. Kisahnya menarik, beliau pernah dihukum karena percaya bahwa matahari pusat tata surya.

Penasaran kan?

Yuk simak dengan santai. It’s time for meet our scientists.

Galileo Galilei. Foto: istockphoto.com

Tentu saja, sebagian dari kita sudah tidak asing lagi dengan seorang ilmuwan pada gambar di atas. Ya, benar. Beliau adalah Galileo Galilei. Berbicara tentang Galileo, beliau lahir di Pissa Toscana Italia, 15 Februari 1564. Sebagai seorang anak sulung dari ayahnya seorang ilmuwan dan musisi bernama Vincenzo Galileo dan ibunya bernama Guilia Ammannati, ia memiliki sejarah hidup yang sangat inspiratif.

Di usia 18 tahun, Galileo menempuh pendidikannya di Universitas Pisa di bidang kedokteran namun 3 tahun kemudian dia meninggalkan universitas tersebut sebelum memperoleh gelar karena ia kurang menyukai bidang tersebut. Hal itu bukan berarti Galileo menjadi berhenti belajar, sebaliknya dia berhasil membuktikan bahwa belajar dapat dilakukan di mana saja. Galileo tetap belajar matematika di Istana Tuscano dengan seorang guru bernama Ostillo Ricci. Tidak hanya itu, dia berhasil membuat karya pertamanya yaitu sebuah termometer sederhana yang dikembangkan dan digunakan oleh manusia hingga saat ini. Menarik bukan? Tidak hanya itu, ternyata Galileo berhasil menemukan, menciptakan, dan mengembangkan penemuan lain sekitar 5 tahun sekali.

Tahun 1591, ayah Galileo meninggal, ia pun harus memberikan dukungan finansial untuk keluarga dengan posisinya sebagai anak tertua. Tidak lama setelah itu, dia diangkat sebagai Profesor Matematika di Universitas Padua (University of Republic Venice) yang diberi tugas memberikan mata kuliah Eucludi’s geometry dan standar (geocentric) astronomi untuk mahasiswa kedokteran yang harus menggunakan perbintangan dalam praktek medis.

Galileo memulai hubungan dengan seorang pembanutnya bernama Maria Gamba dan dikaruniai 2 anak yaitu Livia dan Vicenzo. Saat Galileo berusia 73 tahun, beliau terkena infeksi mata yang menyebabkan matanya buta, namun hal tersebut tidak membuat Galileo berhenti mempelajari sekitar.

Penemuan apa sih yang paling terkenal dari Galileo?

Ya, benar, penemuannya di bidang astronomi. Sekitar di awal tahun 1600, teori perbintangan berada dalam situasi yang tak menentu. Terdapat selisih pendapat antara penganut teori Copernicus yaitu teori heliosentris dan penganut teori lama yaitu teori geosentris. Apa sih bedanya? Teori Heliosentris menyatakan bahwa matahari merupakan pusat dari sistem tata surya dan bumi bergerak mengelilingan dalam orbit berbentuk lingkaran sedangkan teori geosentris menyatakan bahwa semua objek dalam tata surya kita bergerak relatif terhadap bumi. Galileo adalah seseorang yang sependapat dengan teori Copernicus sehingga ikut membuktikan teori tersebut salah satunya melalui bukunya berjudul Dialog Astronomi yang membuat pembaca percaya bahwa matahari adalah pusat tata surya. Buku yang Galileo tulis mematahkan teori bahwa seluruh benda langit mengitari bumi.

Galileo melihat bahwa bulan itu tidak rata, penuh kawah, dan gunung-gunung. Benda-benda langit tak beraturan dan tidak rata. Beliau menulis bahwa Bima Sakti bukanlah semacam kabut melainkan terdiri dari sejumlah bintang-bintang besar seperti membaur satu sama lain. Saat membahas planet-planet, beliau menuliskan bahwa Saturnus seperti dilingkari gelang, Yupiter memiliki 4 buah bulan berputar-putar mengelilingi planet tersebut. Di sini, Galileo menyatakan bahwa benda-benda angkasa dapat berputar mengitari planet selain bumi dan dengan ini Galileo menyatakan bahwa bumi dan semua planet lain berputar mengelilingi matahari.

Lalu bagaimana kelanjutannya? Apakah dukungan Galileo terhadap teori Copernicus dapat diterima dengan baik oleh semua orang?

Sayangnya, hal terjadi sebaliknya. Galileo berhadapan dan mengalami perdebatan dengan kalangan gereja yang menentangnya. Tahun 1616, pihak Gereja menuduh teori “Matahari Sentris” sebagai ajaran sesat dan melarang Galileo memberi ceramah. 6 tahun selanjutnya Galileo menyusun karya ilmiahnya Dialog Tentang Dua Sistem Penting Dunia sebagai peragaan hebat hal-hal menyangkut dukungan terhadap teori Copernicus dan diterbitkan pada tahun 1632. Setelah itu, Galileo diharuskan pergi ke muka pengadilan agama di Roma karena melanggar larangan tahun 1616.

Banyak pembesar agama yang tidak senang dengan keputusan menghukum sarjana kenamaan sehingga Galileo hanya dijadikan sebagai tahanan rumah di villanya sendiri di Arcetri namun dia tidak boleh menerima tamu. Selain itu, Galileo harus mencabut kembali dukungannya terhadap teori Copernicus. Di usia 69 tahun Galileo melaksanakannya di depan pengadilan terbuka.

 

Kontribusi Galileo dalam Bidang Ilmu Pengetahuan

Galileo Galilei mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, terkhusus bidang fisika dan astronomi. Berbagai kontribusi dan penemuan Galileo diantaranya adalah:

1. Pembuktian Teori Copernican

Pada masa jauh sebelum Galileo, bumi dianggap sebagai pusat alam semesta dan benda-benda angkasa lain seperti planet dan matahari berputar mengelilingi bumi. Teori ini dikenal dengan Teori Geosentris yang dicetuskan oleh Aristoteles dan Ptolemeus. Teori ini dianggap valid, sampai pada kedatangan Copernicus, Galileo, Kepler, dan Brah.

Menurut pandangan Copernicus, bukan bumi lah yang menjadi pusat alam semesta. Bumi dan planet-planet lainnya mengelilingi matahari, yang dikenal dengan Teori Heliosentris. Teori ini dikuatkan oleh pengamatan terhadap bulan, Jupiter, Venus, dan Matahari yang dilakukan oleh Galileo menggunakan teleskop pembaruannya sehingga dapat menjelaskan letak bumi dalam tata surya. Akhirnya teori heliosentris dianggap lebih valid dan dipelajari sampai sekarang di sekolah-sekolah.


2. Pembaruan Teleskop

Pada 1609, semasa percutian di Venice, Galileo Galilei mengetahui bahwa pembuat cermin mata Belanda telah menciptakan cermin mata (yang kemudian berganti nama menjadi teleskop), sebuah penemuan yang dapat membuat objek yang jauh terlihat lebih dekat.

Sebagai seorang saintis yang kompetitif, Galileo berupaya untuk membuat teleskop ciptaannya sendiri. Teleskop ciptaan Galileo ini dapat memperbesar pengamatan sembilan kali.

Awalnya, Galileo membuat teleskop dengat tujuan digunakan dalam bidang militer. Tetapi setelah mengamati langit dengan teleskopnya, ia menyadari bahwa lebih banyak hal besar yang dapat ditemukan khususnya bidang astronomi. Dengan pemikiran tersebut, Galileo menjadi sosok pelopor astronoomi teleskopik.

 

3. Termometer Galileo

Pada tahun 1593, Galileo Galilei menemukan apa yang sekarang dikenal sebagai termometer Galileo. Sebenarnya, mekanisme ini adalah termoskop. Termos berbeda dari termometer karena mereka tidak memiliki skala. Termoskop tersebut berupa tabung kaca tertutup berisi cairan bening yang didalamnya terdapat lima bola kaca yang mengambang dengan warna larutan masing-masing bola kaca berbeda. Bola kaca tersebut tersemat cakram logam sebagai tanda untuk temperatur.  Termometer Galileo bekerja berdasarkan prinsip gaya apung yang menentukan apakah benda mengapung atau tenggelam. Saat suhu berubah, bola kaca akan tenggelam ke dasar (suhu naik), atau mengapung ke atas (suhu turun). Pada suhu yang lebih tinggi (lebih besar dari 26$^o$) semua bola akan tenggelam ke dasar tabung dan jika suhu turun di bawah 18$^o$ maka semua bola kaca akan melayang di bagian atas tabung, sehingga thermometer hanya dapat digunakan di dalam ruangan. Namun, seiring dengan perkembangan waktu thermometer Galileo ini tidak sepenuhnya benar. ‘Termometer’ Galileo justru membuktikan pandangan Archimedes mengenai gaya apung. Beliau menyatakan bahwa perbedaan massa jenis benda dan mediumlah yang menentukan apakah suatu benda akan mengapung atau tidak.


4. Kompas

Galilean Compass. Foto: Google Art & Cultur

Instrumen ilmiah komersial pertama Galileo adalah kompas geometris dan militer, yang dirancang pada 1597. Para pedagang menggunakannya untuk menghitung nilai tukar moneter. Pembuat kapal menggunakan perangkat ini saat menguji desain lambung dalam model skala. Selain itu, digunakan oleh tentara untuk menentukan pemuatan meriam. Kemudian Galileo memodifikasi kompas agar dapat digunakan untuk mengukur suatu wilayah.        

     

5. Isokronisme Bandul

Bermula dari kebosanannya mendengarkan misa yang diselenggarakan di katedral Pisa, Galileo akhirnya mencari-cari sesuatu yang dapat menarik perhatiannya dan ia mengamati lonceng katedral yang berayun dengan pelan ke kanan dan ke kiri akibat angin. Dia kemudian melakukan percobaan terhadap benda-benda tertentu dan mendapati bahwa benda-benda tersebut juga mengalami hal yang sama. Hal ini lah yang mengingatkan ia pada prinsip pendulum.

Dari penemuan tersebut Galileo mendapati bahwa periode pendulum kira-kira tidak bergantung pada amplituo atau lebar ayunan. Dia juga menemukan bahwa periode tidak bergantu massa benda, dan sebanding dengan kuadrat dari panjang bandul.

 

Akhir Hidup Galileo

Heliosentris merupakan paham yang mempercayai bahwa pusat alam semesta adalah matahari. Teori ini dipercayai oleh Copernicus dan Galileo. Namun, hal ini bertentangan dengan ajaran gereja katolik pada saat itu yang berkiblat pada teori yang dicetuskan oleh Aristoteles dan menjadi boomerang bagi para ilmuwan yang mempercayainya.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan tentang benda langit, Galileo mempercayai bahwa matarahi sebagai pusat tata surya dan bumi serta planet-planet bergerak mengelilinginya.   Pada saat itu, Galileo dipanggil ke Roma dan harus melalui proses inkuisisi yang berlangsung dari September 1632 hingga Juli 1633. Pihak gereja meminta Galileo untuk berpikir ulang atas apa yang dipercayainya akan kebenaran teori heliosentris. Tetapi, Galileo tetap mempertahankan kebenaran teori tersebut yang menyebabkan Galileo dilarang untuk mencetak karyanya di luar Italia. Namun, ia mengabaikan aturan tersebut. Pada 1634, terjemahan Bahasa Perancis dari studinya diterbitkan. Kemudian, salinan dialognya juga diterbitkan di Belanda. Karena melanggar aturan, Galileo dijatuhi hukuman penjara dan menjalani status tahanan rumah seumur hidup. Saat menjadi tahanan rumah, ia menulis Discourses Concerning Two New Sciences yang diterbitkan di Belanda pada tahun 1638. Pada saat itu, Galileo sudah dalam kondisi buta kemudian dia meninggal dunia setelah mengalami demam dan masalah jantung pada 8 Januari 1642 di Arcetri dekat Florence Italia.

 

“Dalam sains, otoritas ribuan pendapat tidak sebanding dengan satu percikan kecil akal sehat dalam diri seseorang.
- Galileo Galilei


Referensi:

Bennet, Matius; dkk. (2002). "Jam Huygens" (PDF). Institut Teknologi Georgia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 10 April 2008. Diakses 4 Desember 2007., hal. 3, juga diterbitkan dalam Proceedings of the Royal Society of London, A 458, 563–579

Chin, L.J. 1979. Seri Tokoh Dunia Galileo Galilei. Terjemahan oleh Klara Siauw. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

"Jam Huygens". Cerita. Museum Sains, London, Inggris. Diakses 14 November 2007.

"Jam Pendulum". Proyek Galileo. Beras Univ. Diakses 3 December 2007.

"Jam pendulum yang dirancang oleh Galileo, Item # 1883-29". Pengukuran Waktu. Museum Sains, London, Inggris. Diakses 14 November 2007.

Motz, Lloyd. 1989. The Story of Physics. US: Springer.

Sudarmanto, Agus. 2016. Asal-Usul Perkembangan Fisika yang Tercatat Sejarah. Diakses 9 Maret 2021 dari http://fst.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/ASAL-USUL-PERKEMBANGAN-FISIKA-YANG-TERCATAT-SEJARAH.pdf

Zahra, Yulia. 2020. Antara Otoritas Agama dan Kebebasan Berpikir Galileo Galilei. Adalah: Buletin Hukum dan Keadilan volume 4 nomor 4.

Kamaliah, Aisyah. (2020). Kisah Galileo Dihukum Karena Percaya Matahari Pusat Tata Surya., diakses 18 Januari 2022 dari https://inet.detik.com/science/d-4914655/kisah-galileo-dihukum karena-percaya-matahari-pusat-tata-surya/2

http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/02/galileo-galilei_14.html?m=1


Sunday, January 16, 2022

Science: Apakah itu Sains?

Pernahkah kamu mendengar istilah Sains? Apakah kamu merasa bahwa sains berperan dalam kehidupan yang sedang kamu jalani? Apakah sebenarnya sains itu? Tentu saja kamu pasti sedang mencoba menjawab di benakmu sendiri.

Untuk kamu yang masih bingung, yuk simak bahasan berikut ini!

Sains berasal dari bahasa Latin yaitu Scientia artinya pengetahuan atau mengetahui. Seperti yang diketahui bahwa sains memiliki arti yang sangat luas. Secara umum, definisi sains adalah segala sistem yang melibatkan pengejaran pengetahuan yang mencakup kebenaran berkaitan dengan dunia fisik dan fenomenanya.

Saat kamu mendengar kata sains, tidak jarang terlintas di benakmu sains hanya mengenai ilmu pengetahuan alam saja. Namun, pada kenyataannya sains terbagi menjadi dua yaitu natural science (ilmu pengetahuan alam) dan social science (ilmu pengetahuan sosial).

Natural science (ilmu pengetahuan alam) membahas tentang gejala-gejala alam dengan segala keteraturannya yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan manusia. Sedangkan social science membahas tentang aspek-aspek yang memiliki hubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya.

Namun pembahasan kali ini hanya berfokus kepada ilmu pengetahuan alam (natural science) saja.

Hakekat dari IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau sains adalah sebagai produk (a body of knowledge), sebagai sikap (a way of thinking), dan sebagai proses (a way of investigating). (Sutrisno, 2006:2).

Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, manusia harus berinteraksi dengan alam. Interaksi itu memberikan pembelajaran kepada manusia sehingga mereka mampu mengamati banyak hal yang berhubungan dengan alam. Kondisi ini membuat manusia memiliki wawasan yang lebih luas serta mengubah pola pikir dan perilakunya. Hasil penyelidikan kreatif yang ditemukan ilmuwan mampu menciptakan penemuan baru.

Apabila penemuan-penemuan ilmuwan dikumpulkan dan disusun secara sistematik menjadi sebuah kumpulan pengetahuan maka hal ini dapat membentuk sebuah produk atau a body of knowledge. Kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus, teori, dan model. (Sutrisno, 2006:3).

Peristiwa yang terjadi di alam tanpa dimanipulasi akan membentuk sebuah fakta. Konsep merupakan abstraksi dari sebuah kejadian, fenomena, maupun fakta. Konsep-konsep yang berhubungan akan menghasilkan sebuah prinsip dan hukum. Prinsip dan hukum hanya menjelaskan tentang kejadian-kejadian alam yang ada dan tidak mengatur kejadian tersebut berlangsung.

Prinsip dan hukum ditulis secara sistematis dalam bentuk rumus. Rumus menyatakan pernyataan umum dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Teori merupakan pendapat yang berdasarkan penelitian dan penemuan. Teori bukan sebuah hukum atau fakta karena teori dapat dibantah sampai terbukti tidak benar dan diperbaiki dengan teori selanjutnya.

Sesuatu yang tidak dapat dilihat dapat digambarkan menggunakan model untuk memudahkan dalam memahami teori. Misalnya, atom Thomson yang dimodelkan dengan sebuah roti kismis. Bagian roti adalah model atomnya, sedangkan bagian kismis adalah elektron yang menyebar di sekitar atom.

Mempelajari sains tidak akan sempurna apabila salah satu pengetahuannya tidak dipelajari. Misalnya, pada konsep-konsep fisika tidak akan dapat diaplikasikan dalam teknologi apabila secara teoritis tidak diperhitungkan dengan baik.

Tidak hanya sebagai ilmu pengetahuan, sains juga dapat diartikan sebagai proses bagaimana informasi ilmiah dapat diperoleh, diuji, dan divalidasi. Adapun metoda yang dilakukan untuk memperoleh informasi tersebut berbeda-beda, secara umum dengan mengidentifikasi sebuah kejadian alam, kemudian membuat dugaan sementara berdasarkan teori-teori yang mendukung. Setelah itu, menyiapkan dan melakukan eksperimen untuk membuktikan benar atau tidaknya dugaan sementara, lalu menganalisis data yang diperoleh, serta membuat kesimpulan berdasarkan eksperimen yang dilakukan.

Selain menjadi ilmu pengetahuan, sains disebut juga sebagai proses penyusunan pengetahuan yang diawali dengan menciptakan ide kreativitas melalui pengamatan yang dilakukan melalui sikap dan tindakan sehingga dapat melakukan suatu kegiatan ilmiah. (Sutrisno, 2006:9).

 

Sains - atau produk ilmu pengetahuan seperti teknologi - hanyalah salah satu cara untuk mencapai sesuatu yang nyata, sesuatu yang terjadi, sesuatu yang berhasil. -Richard Dawkins

 

Referensi:

Myori, Hana. (2021). Pengertian Sains: Definisi, Tujuan, Ciri-Ciri, Batasan dan Hakikat, diakses 16 Januari 2022 dari Pengertian Sains : Definisi, Tujuan, Ciri-ciri, Batasan dan Hakikat - Adam Muiz

Sutrisno. (2006). Fisika dan Pembelajarannya, diakses 16 Januari 2022 dari http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195801071986031-SUTRISNO/Pelatihan/LS/FISIKA_DAN_PEMBELAJARANNYA.pdf