Monday, January 31, 2022

Science: Mengapa Pluto bukan lagi sebuah Planet?

Hallo fellas, pernah mendengar kata “Pluto”? Pasti sudah tidak asing lagi kan? Yap, kata tersebut identik dengan salah satu planet, atau lebih tepatnya “yang dulunya planet” yang ada di tata surya. Eh kenapa “yang dulunya planet”? Memangnya sekarang sudah bukan jadi planet lagi ya? Hmm penasaran kenapa demikian? Mari simak penjelasannya!

Planet
Sebelum membahas “status keplanetan” Pluto, alangkah lebih baiknya apabila kita pahami terlebih dahulu apa itu planet. Planet merupakan salah satu objek yang ada di luar angkasa. Dilansir dari situs NASA, menurut International Astronomical Union pada 2006, sebuah objek di luar angkasa dapat dikatakan planet apabila memiliki tiga kriteria, yaitu:
1. Objek tersebut harus mengorbit sebuah bintang
2. Ukurannya harus cukup besar untuk menimbulkan gravitasi yang menyebabkan bentuknya menjadi hampir menyerupai bola
3. Objek harus cukup besar sehingga gravitasinya membersihkan objek lain dengan ukuran yang sama di dekat orbitnya di sekitar Matahari.

Penemuan Pluto

Tahun 1840, Urbain Le Verrier memperkirakan posisi planet Neptunus yang saat itu belum ditemukan menggunakan mekanika Newton. Tahun 1906, para astronom meyakini bahwa Uranus (planet ketujuh) merupakan planet terluar di tata surya. Namun terdapat gangguan orbit pada Uranus yakni terdapat objek lain yang gravitasinya mengganggu orbit Uranus, yang dinamakan Neptunus (planet ke delapan) yang berada diluar Uranus.

Pengamatan selanjutnya menemukan bahwa gangguan orbit bukan hanya oleh Neptunus namun dipengaruhi oleh planet lain yang berada diluar orbit Neptunus, sebut saja planet X.

Keberadaan planet X belum ditemukan saat itu. Seorang pengusaha kaya Amerika, Percival Lowell yang memiliki ketertarikan dalam astronomi mendirikan Observatorium Lowell untuk mencari planet tersebut. Namun ia harus tutup usia sebelum menemukannya.

Berpindah menuju kisah Clyde Tombaugh yang memiliki keahlian mengamati langit dengan teleskop buatannya. Tombaugh pernah mengirimkan gambar planet Mars dan Jupiter hasil pengamatannya ke Observatorium Lowell untuk meminta saran terhadap pengamatannya, namun mengejutkannya bahwa ia mendapatkan tawaran sebagai pengamat di sana dan menerimanya dari tahun 1929 hingga 1945 pada saat ia berusia 25 tahun.

Mengenai pengamatan planet X yang sempat terhenti, maka Tombaugh direkrut untuk melanjutkan pencariannya. Ia membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk menemukannya dengan menggunakan teleskop yang kurang mumpuni di Observatorium Lowell.

Pada 18 Februari 1930, Tombaugh mulai membandingkan gambar-gambar hasil pengamatannya dari langit yang sama selama enam hari terpisah. Menggunakan pembanding kedip, Tombaugh memindahkan setiap lempeng foto untuk menciptakan ilusi gerak objek yang berpindah posisi atau berubah bentuk. Tombaugh menemukan adanya objek yang bergerak relatif terhadap bintang-bintang latar belakang yang jauh berukuran kecil, redup dan terletak sangat jauh di tepian tata surya. Objek tersebut kita kenal dengan nama Pluto. 

Nama Pluto diambil dari dewa dunia bawah yang diusulkan oleh Venetia Burney, seorang pelajar berusia 11 tahun berasal dari Oxford, Inggris. Nama tersebut diusulkan saat ia sedang bercakap dengan kakeknya, Falconer Madan. Kakeknya meneruskan usulan nama tersebut ke dosen astronomi, Herbert Hall Turner, lalu Turner menyampaikannya ke rekan-rekan di Amerika Serikat. Terdapat tiga usulan nama yang ada, yaitu Minerva, Cronus, dan Pluto. Namun Pluto mendapat suara bulat dan diumumkan tanggal 1 Mei 1930.


Pluto bukan lagi Planet

Konteks Pluto bukan lagi sebagai planet di sini bukan berarti bahwa Pluto berubah wujud menjadi black hole atau bintang, ya.

Pada awal penemuannya, Pluto diakui sebagai planet ke-9 di tata surya. Tetapi, ukuran dari Pluto jauh lebih kecil dibandingkan dengan Merkurius. Bahkan, lebih kecil dari beberapa satelit planet lain. Pengakuan Pluto sebagai planet ke-9 ini bertahan cukup lama, sampai akhirnya pada tahun 1990-an pandangan terhadap Pluto mulai berubah seiring dengan kemajuan teknologi.

Perkembangan teleskop sangat mempengaruhi terhadap wawasan ilmu pengetahuan, khusunya bidang astronomi. Teleskop yang semakin canggih membuat pengamatan terhadap benda-benda langit menjadi lebih baik. Hasilnya, pada awal 1990-an ditemukan banyak benda-benda icy yang mengorbit matahari, di daerah yang disebut Sabuk Kuiper. Sabuk Kuiper ini berada di luar dari orbit Neptunus. Objek-objek yang berada di daerah sabuk ini disebut sebagai Kuiper Belt Object (KBO) atau trans-neptunian. Semenjak saat itu, Pluto yang awalnya diakui sebagai planet menjadi lebih mengarah kepada salah satu dari KBO.

Sampai pada tahun 2006, The International Astronomical Union (IAU) menetapkan kategori baru pada pengklasifikasian objek luar angkasa, yakni planet kerdil atau dwarf planet. Eris, Ceres, Pluto, dan dua penemuan KBO terbaru yakni Haumea dan Makemake adalah planet-planet kerdil berdasarkan pengklasifikasian IAU. Apa alasan yang melandasi Pluto diklasifikasikan sebagai planet kerdil? Salah satunya adalah karena gravitasi dari Pluto tidak cukup besar untuk “membersihkan” objek lain di sekitar orbitnya, karena seperti yang dibahas di atas bahwa untuk disebut sebagai planet, sebuah objek luar angkasa harus memenuhi tiga kriteria, dan Pluto tidak memenuhi kriteria nomor tiga.

Nah, sudah jelas kan kenapa sekarang Pluto statusnya buka lagi sebagai planet? Semoga informasi ini menambah wawasan temen-temen dan dapat bermanfaat.

 

"Obat untuk argumen yang keliru adalah argumen yang lebih baik, bukan penindasan ide."

- Carl Sagan

 

Sumber referensi:

https://solarsystem.nasa.gov/planets/in-depth/

https://solarsystem.nasa.gov/planets/dwarf-planets/pluto/in-depth/#otp_introduction

Sejarah Penemuan Pluto, dari Planet Jadi Planet Kerdil - Info Astronomy


No comments:

Post a Comment