Hallo fellas, pernah mendengar kata “Pluto”? Pasti sudah tidak asing
lagi kan? Yap, kata tersebut identik dengan salah satu planet, atau lebih
tepatnya “yang dulunya planet” yang ada di tata surya. Eh kenapa “yang dulunya
planet”? Memangnya sekarang sudah bukan jadi planet lagi ya? Hmm penasaran
kenapa demikian? Mari simak penjelasannya!
Penemuan Pluto
Tahun 1840, Urbain Le Verrier memperkirakan posisi planet Neptunus yang saat itu belum ditemukan menggunakan mekanika Newton. Tahun 1906, para astronom meyakini bahwa Uranus (planet ketujuh) merupakan planet terluar di tata surya. Namun terdapat gangguan orbit pada Uranus yakni terdapat objek lain yang gravitasinya mengganggu orbit Uranus, yang dinamakan Neptunus (planet ke delapan) yang berada diluar Uranus.
Pengamatan selanjutnya menemukan bahwa gangguan orbit bukan hanya oleh
Neptunus namun dipengaruhi oleh planet lain yang berada diluar orbit Neptunus,
sebut saja planet X.
Keberadaan planet X belum ditemukan saat itu. Seorang pengusaha kaya
Amerika, Percival Lowell yang memiliki ketertarikan dalam astronomi mendirikan
Observatorium Lowell untuk mencari planet tersebut. Namun ia harus tutup usia
sebelum menemukannya.
Berpindah menuju kisah Clyde Tombaugh yang memiliki keahlian mengamati
langit dengan teleskop buatannya. Tombaugh pernah mengirimkan gambar planet
Mars dan Jupiter hasil pengamatannya ke Observatorium Lowell untuk meminta
saran terhadap pengamatannya, namun mengejutkannya bahwa ia mendapatkan tawaran
sebagai pengamat di sana dan menerimanya dari tahun 1929 hingga 1945 pada saat
ia berusia 25 tahun.
Mengenai pengamatan planet X yang sempat terhenti, maka Tombaugh
direkrut untuk melanjutkan pencariannya. Ia membutuhkan waktu sekitar satu
tahun untuk menemukannya dengan menggunakan teleskop yang kurang mumpuni di
Observatorium Lowell.
Pada 18 Februari 1930, Tombaugh mulai membandingkan gambar-gambar hasil
pengamatannya dari langit yang sama selama enam hari terpisah. Menggunakan
pembanding kedip, Tombaugh memindahkan setiap lempeng foto untuk menciptakan
ilusi gerak objek yang berpindah posisi atau berubah bentuk. Tombaugh
menemukan adanya objek yang bergerak relatif terhadap bintang-bintang latar
belakang yang jauh berukuran kecil, redup dan terletak sangat jauh di tepian
tata surya. Objek tersebut kita kenal dengan nama Pluto.
Nama Pluto diambil dari dewa dunia bawah yang diusulkan oleh Venetia Burney, seorang pelajar berusia 11 tahun berasal dari Oxford, Inggris. Nama tersebut diusulkan saat ia sedang bercakap dengan kakeknya, Falconer Madan. Kakeknya meneruskan usulan nama tersebut ke dosen astronomi, Herbert Hall Turner, lalu Turner menyampaikannya ke rekan-rekan di Amerika Serikat. Terdapat tiga usulan nama yang ada, yaitu Minerva, Cronus, dan Pluto. Namun Pluto mendapat suara bulat dan diumumkan tanggal 1 Mei 1930.
Pluto bukan lagi Planet
Konteks Pluto bukan lagi sebagai planet di sini bukan berarti bahwa
Pluto berubah wujud menjadi black hole atau bintang, ya.
Pada awal penemuannya, Pluto diakui sebagai planet ke-9 di tata surya.
Tetapi, ukuran dari Pluto jauh lebih kecil dibandingkan dengan Merkurius.
Bahkan, lebih kecil dari beberapa satelit planet lain. Pengakuan Pluto sebagai
planet ke-9 ini bertahan cukup lama, sampai akhirnya pada tahun 1990-an
pandangan terhadap Pluto mulai berubah seiring dengan kemajuan teknologi.
Perkembangan teleskop sangat mempengaruhi terhadap wawasan ilmu
pengetahuan, khusunya bidang astronomi. Teleskop yang semakin canggih membuat
pengamatan terhadap benda-benda langit menjadi lebih baik. Hasilnya, pada awal
1990-an ditemukan banyak benda-benda icy yang mengorbit
matahari, di daerah yang disebut Sabuk Kuiper. Sabuk Kuiper ini berada di luar
dari orbit Neptunus. Objek-objek yang berada di daerah sabuk ini disebut
sebagai Kuiper Belt Object (KBO) atau trans-neptunian.
Semenjak saat itu, Pluto yang awalnya diakui sebagai planet menjadi lebih
mengarah kepada salah satu dari KBO.
Sampai pada tahun 2006, The International Astronomical Union
(IAU) menetapkan kategori baru pada pengklasifikasian objek luar
angkasa, yakni planet kerdil atau dwarf planet. Eris, Ceres, Pluto,
dan dua penemuan KBO terbaru yakni Haumea dan Makemake adalah planet-planet
kerdil berdasarkan pengklasifikasian IAU. Apa alasan yang melandasi Pluto
diklasifikasikan sebagai planet kerdil? Salah satunya adalah karena gravitasi
dari Pluto tidak cukup besar untuk “membersihkan” objek lain di sekitar
orbitnya, karena seperti yang dibahas di atas bahwa untuk disebut sebagai
planet, sebuah objek luar angkasa harus memenuhi tiga kriteria, dan Pluto tidak
memenuhi kriteria nomor tiga.
Nah, sudah jelas kan kenapa sekarang Pluto statusnya buka lagi sebagai
planet? Semoga informasi ini menambah wawasan temen-temen dan dapat bermanfaat.
"Obat untuk argumen yang keliru adalah argumen
yang lebih baik, bukan penindasan ide."
- Carl Sagan
Sumber referensi:
https://solarsystem.nasa.gov/planets/in-depth/
https://solarsystem.nasa.gov/planets/dwarf-planets/pluto/in-depth/#otp_introduction
Sejarah Penemuan Pluto, dari Planet Jadi Planet Kerdil -
Info Astronomy
No comments:
Post a Comment